Aku terhanyak dan terdiam saat nenekku berucap ke
aku “anak kuwi iso wae lali karo wong
tuwone, tapi wong tuo ora bakal lali karo anakk’e”, yang artinya “anak
itu kadang bisa lupa sama orang tuanya, tapi orang tua gak bakal lupa dengan
anakknya”. Kata-kata nenekku itu sangat dalam menyentuh
kalbuku hingga bagian yang paling terdalam sanubari ini. Bagaimana tidak, saat
ini memang aku sedang jauh dari orang tuaku baik secara fisik aku berada di
Semarang maupun secara emosi. Tapi ketika nenek bilang seperti itu aku kembali
tersadar bahwa sesungguhnya orang tua itu selalu perduli dan dan perhatian
kepada anaknya. Justru aku sebagai anak yang sering melupakan bahwa perjuangan
orang tua kita membesarkan dari lahir hingga sekarang sungguh sangat berat, ibu
melahirkan kita dengan penuh perjuangan yang panjang. Sembilan bulan ibu
mengandung dengan membawa beban di perutnya tapi apakah ibu pernah mengeluh
kalau kita yang waktu itu masih di rahim sungguh berat. Selain itu ibu juga
harus memasak, mencuci, dan melakukan pekerjaan rumah tangga lain untuk sebagai
tanggung jawab seorang ibu rumah tangga kepada keluarga. Sedangkan ayah, dengan
susah payah berusaha menafkahi dan mendidik kita dengan senang hati agar kita
menjadi besar dan dewasa secara fisik dan emosi. Mungkin kita sering dan banyak
mendengar cerita anak durhaka kepada orang tua seperti kisah Malin Kundang atau
kisah seorang anak yang susah meninggal pada jaman Nabi Muhammad gara-gara
mengusir ibunya dari rumah yang pada akhirnya harus menyesal di akhir hidupnya,
memang penyesalan selalu diakhir tapi dan selalu percuma bila penyesalan adalah
tiba disaat ajal menjemput.
Aku pernah nulis posting terdahulu soal ibu, dengan
judul “Cara kita berterimakasih kepada Ibu” (download disini aslinya) dimana
kita selalu menyampaikan terima kasih kita kepada ibu dengan cara kita, untuk
selengkapnya silahkan bisa dibaca langsung postingan itu. Sedangkan soal Ayah
aku pernah mendapatkan sebuah presentasi dari dosen yang sangat menyentuh hati bahkan aku hampir menangis tapi aku tahan meskipun dalam hati aku menangis tersedu (bisa didonlot disini presentasinya).
Aku pernah belajar psikologi perkembangan bahwa
manusia itu semakin tua akan kembali seperti anak kecil, yang bila digambarkan
adalah seperti gambar gunung, dimana dulu waktu manusia masih bayi dia sangat
rewel dan kelak semakin tua manusia juga akan semakin rewel seperti kadang kita
menemukan atau menjumpai kakek atau nenek kita susah banget dibilangin untuk
makan atau untuk istirahat dan itu tampak sekali seperti anak kecil kalau
disuruh makan susah banget, maunya bergerak kesana-kemari dan itu sangat rewel
banget. Jadi jangan heran kalau kelak orang tua kita akan rewel seperti kita
pada waktu kecil, karena itu sudah hukum alam yang berlaku dan hukum alam tidak
mungkin untuk dilanggar. Kita sebagai anak harus mengerti hukum alam itu, dan
niscaya kelak saat kita menjadi orang tua dari anak-anak kita dan menjadi kakek
nenek dari cucu-cucu kita, kitapun pasti akan seperti orang tua kita sekarang yang
semakin tua dan semakin rewel hingga kadang orang tua kita itu tidak mau kalah
dengan omongan kita. Jadi hadapilah orang tua kita dengan bijak, jangan sampai
kita menyakiti hati orang tua kita agar kita tidak dicap durhaka. Kalaupun kadang
kita harus bertentangan pendapat atau keputusan dengan orang tua kita,
setidaknya kita bisa menghadapi itu semua dengan bijak, jelaskan dengan bijak
dan sangat meyakinkan bahwa ini adalah pilihan kita dan telah kita
pertimbangkan dengan matang, dan tidak bertentangan dengan semua norma yang
berlaku di masyarakat jadi kita tidak menyakiti hati orang tua kita.
Di akhir tulisan ini aku ingin berpesan kepada
kita semua dan khususnya kepada diriku sendiri agar kita selalu mendo’akan
orang tua kita, kapanpun dan dimanapun, setidaknya setelah sehabis sholat bagi
yang muslim meskipun kadang kita malas untuk berdoa panjang lebar setidaknya kita
bsia mendo’akan orang tua kita dengan do’a untuk orang tua yang simpel itu,
yaitu yang kurang lebih artinya adalah “Ya Allah ya Tuhan ku ampunilah dosa kedua orang tuaku, sayangi dan
jagalah orangtuaku sebagaimana mereka menyayangi dan menjagaku ketika aku kecil
dulu”. Do’a itu sangat simpel dan pendek untuk kita ucapkan seteleh selesai
sholat bila kita malas berdoa panjang lebar.
Dan Akhirnya aku ingin berdoa kepadamu Tuhan di
akhir tulisan ini,
“Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa kedua orang tuaku, sayangi dan jagalah orangtuaku sebagaimana mereka menyayangi dan menjagaku ketika aku kecil dulu, jangan biarkan kami mengecewakan orang tau kami, jadikanlah kami lebih bijak dalam menghadapi orang tua kami, agar kami tidak mengecewakan mereka, ijinkanlah kami membahagiakan, membanggakan mereka, berilah mereka berdua umur yang panjang agar bisa melihat anak-anak kami tumbuh dan berkembang menjadi cucu-cucu mereka yang sholeh dan sholeha, mudahkanlah segala urusan mereka berdua, limpahkanlah rahmatMU kepada mereka, jadikanlah mereka berdua ahli surgaMU, sehingga kami dapat berkumpul kembali dengan mereka disana, Ya Allah ya Tuhan kami, hanya kepadaMUlah kami meminta, dan hanya karena izin dariMUlah aku hidup diantara mereka berdua yang telah rela berkorban demi kami, amin”.
Tulisanini aku dedikasikan untuk kedua orang tuaku
yang telah membesarkan aku dan mendidik aku hingga aku dewasa, maafkan aku yang
belum dapat membahagiakan dan berbakti sepenuh hati kepadamu ayah, ibu. Do’akan
aku dan adik-adikku agar kami dapat membahagiakan kalian dan berbakti kepada
kalian berdua, semoga Allah selalu mengingatkan aku untuk selalu mendo’akan
kalian berdua dalam setiap sholat dan nafasku, agar kami menjadi anak-anak yang
sholeh dan sholeha yang membuat kalian bangga wahai bunda, wahai ayahanda. Amin
ya robbal alamin.
TERIMA KASIH IBU, TERIMA KASIH AYAH
NB : Oh ya bunda dan ayahanda, meskipun bunda dan
ayahanda tidak membaca tulisan ini, do’akan
juga aku agar skripsiku lancar dan tahun ini bisa lulus dan kerja mapan, amin.
0 comments
Barangkali ada kekurangan dari tulisan ini silahkan tambahkan di kolom komentar untuk berdiskusi.