Belanja Di Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah salah satu tempat perputaran perekonomian yang ada di sebuah wilayah entah itu di perkotaan ataupun di pedesaan. Meskipun tradisional namun nyatanya pasar yang satu ini masih memiliki banyak kontribusi membantu pertumbuhan perekonomian di negara kita. Dimana penjual dan pembeli saling bertemu untuk melakukan transaksi jual-beli secara langsung dan biasanya terjadi proses tawar menawar antara penjual dan pembeli untuk mencapai kesepakatan harga.
pasar tradisional via devi puspita |
Disebut tradisional mungkin karena kegiatan jual beli masih menggunakan sistem tawar menawar dan bangunan pasarnya juga masih apa adanya dan biasanya terkesan lebih ndeso dari pada pasar modern yang kita sebut dengan super market yang mana di pasar modern harga sudah ditentukan oleh penjual dan pembeli bisa melihat serta memilih-milih sendiri barang dagangan yang ada tanpa terjadi proses tawar menawar.
Sejak jadi seorang suami, aku lebih sering ke pasar bersama dengan istriku. Meskipun dulu sebelum menikah aku sering mengantarkan ibu pergi ke pasar, namun itu hanya sekedar nganterin dan tugasku adalah menunggu ibu selesai belaja di tempat yang sudah disepakati. Tidak saat sudah menjadi suami, aku harus ikut istriku masih ke dalam pasar dan melihat langsung proses tawar menawar serta mengetahui langsung seperti apa kegaitan antara pembeli dan penjual. Aku juga jadi tau ketika mau beli telur ayam di sebelah mana, daging ayam dimana serta sayuran di sebelah mana.
Aku juga sekarang jadi tau perubahan harga bahan pangan seperti telur ayam yang harganya berkisaran antara 21rb hingga 25rb sekilonya. Sedangkan daging ayam harganya berkisar antara 25rb hingga 35rb tergantung musim, karena saat sebelum idul fitri kemarin terakhir aku beli ayam sekilonya 35rb entah kalo mepet hari raya mungkin bisa sampai 40rb hingga 50rb.
Aku juga tau ternyat belanja di pasar tradisonal itu ada seninya. Mulai dari seni menawar hingga seni untuk memilah-milih pedagang yang menawarkan dagangan mereka yang terbaik.
Di pasar tradisional, uang Rp. 500,- (lima ratus rupiah) saja bisa untuk beli bahan sayuran seperti seledri. Sedangkan uang 5rb bisa untuk beli labu siam (waluh jipang) untuk dikosumsi istriku guna menambah asam folat bagi janin yang sedang dikandungnya.
Salah satu barang dagangan yang susah dicari di pasar tradisional Doro (kabupaten Pekalongan) adalah ikan kakap, apalagi kakap merah. Aku berkali-kali ke pasar entah bareng istri ataupun sendirian (sendirian soalnya istri sedang hamil tua dan sebentar lagi melahirkan) mencari ikan kakap merah mesti selalu tidak dapat. Kalau ikan seperti gurame, bawal, lele mah banyak dan sisa-sisa, namun tidak untuk ikan kakap merah.
Untuk saat ini aku lebih sering ke pasar sendirian dari pada sama istri. Yaitu tadi karena istriku sedang hamil tua (lebih dari 9 bulan) namun bayinya belum mau keluar-keluar. Katanya sih karena ada keturunan hamil lama juga, dulu mamanya sang istri juga pernah hamil lama kira-kira 10 bulan lamanya.
Berbelanja di pasar tradisional juga membantu saudara-saudara kita untuk tetap bertahan khususnya dalam kondisi korona seperti sekarang ini. Dari pada belanja di pasar modern yang biasanya harganya lebih mahal karena ada pajaknya dan juga karena disana harganya sudah tidak bisa ditawar lagi.
Dengan berbelanja di pasar tradisional maka kita ikut membantu pertumbuhan ekonomi khususnya di tempat asal kita masing-masing. Tidak hanya memperkaya para pengusaha pasar modern tapi kita juga ikut membantu memutar roda perekonomian di tempat asal kita masing-masing.
Mari biasakan diri untuk belanja di pasar tradisional agar pasar tradisional tidak tergusur oleh perkembangan zaman.