12.12 di depan mata

Apakah Nilai Estetika Suatu Karya Dapat Diukur Secara Objektif atau Bersifat Subjektif?

Mengukur nilai estetika suatu karya seni merupakan perdebatan yang kompleks dalam dunia seni dan filsafat estetika. Terdapat pendapat yang berbeda mengenai apakah nilai estetika suatu karya dapat diukur secara objektif atau bersifat subjektif. Dalam konteks ini, akan disajikan beberapa pandangan dari berbagai sumber yang dapat menjadi dasar jawaban ilmiah.


Satu pandangan menyatakan bahwa nilai estetika suatu karya seni bersifat subjektif, yang didasarkan pada penilaian pribadi dan preferensi individu pengamat. Dalam artikel Kompas.com, diungkapkan bahwa pandangan subjektif didukung oleh perasaan dan persepsi pemirsa terhadap karya seni tersebut. Namun, perlu diketahui bahwa pandangan subjektif ini bergantung pada konteks individual dan dapat bervariasi antara individu yang berbeda.

Photo by Declan Sun on Unsplash

Di sisi lain, terdapat pandangan bahwa nilai estetika suatu karya seni dapat diukur secara objektif. Dalam buku "Estetika: Sebuah Pengantar" karya Dewa Putu Rai Kusuma, dijelaskan bahwa terdapat pendekatan objektif yang didasarkan pada aspek formal dan teknis karya seni. Penulis menyebutkan bahwa karya seni bisa dinilai berdasarkan prinsip-prinsip desain, seperti keseimbangan, irama, dan kontras, yang dapat diamati dan dinilai secara umum.


Dalam jurnal ilmiah "Measurement and Meanings of Aesthetic Preferences for Art and Design" karya Fani Soetandyo dan kawan-kawan, didiskusikan bahwa penilaian estetika karya seni dapat dilakukan menggunakan metode eksperimental dan data empiris. Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif berdasarkan respons fisiologis subjek terhadap karya seni yang diekspos, seperti respon denyut jantung dan aktivitas otak. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian estetika juga dapat mencakup metode pengukuran objektif.


Namun, penting untuk diingat bahwa nilai estetika karya seni juga dapat dipengaruhi oleh faktor kontekstual dan budaya. Misalnya, sebuah karya seni yang dianggap indah di suatu budaya mungkin tidak disukai atau dihargai oleh budaya lain. Dalam buku "Teori Keindahan dalam Seni Rupa" karya Sunaryono Basuki, disebutkan bahwa pandangan estetika juga merupakan produk dari kehidupan budaya manusia.


Secara kesimpulan, nilai estetika suatu karya seni bisa diukur secara subjektif atau objektif, tergantung pada perspektif dan metode penilaian yang digunakan. Terdapat pandangan bahwa penilaian estetika bersifat subjektif, didasarkan pada preferensi individu, persepsi, dan perasaan pemirsa. Namun, ada juga pendekatan objektif yang mengandalkan aspek formal, teknis, dan prinsip desain karya seni. Terdapat buku, jurnal, dan sumber yang mendukung kedua pandangan ini, namun perlu diperhatikan bahwa penilaian estetika juga dapat dipengaruhi oleh faktor kontekstual dan budaya.


Sumber referensi:

  1. Kompas.com. (2021). Teori Keindahan dalam Seni, Subyektif dan Obyektif. https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/15/142131369/teori-keindahan-dalam-seni-subyektif-dan-obyektif
  2. Kusuma, D. P. R. (2017). Estetika: Sebuah Pengantar. Yayasan Obor Indonesia. 
  3. Soetandyo, F., et al. (2019). Measurement and Meanings of Aesthetic Preferences for Art and Design. Procedia Computer Science, 157, 119-130. 
  4. Basuki, S. (2014). Teori Keindahan dalam Seni Rupa in Perspektif Multikultural. Andi Offset.